Kaksaacitya.com – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dalam Rapat Kerja Nasional Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada Januari 2023 lalu bahwa prevalensi stunting di Indonesia mengalami penurunan dari 24,4% pada tahun 2021 menjadi 21,6% pada tahun 2022. Angka tersebut masih melebihi standar prevalensi yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu 20%. Permasalahan stunting masih menjadi hal yang diutamakan pemerintah untuk ditangani dengan serius.

Badan Pusat Statistik menyatakan jumlah penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2022 sebanyak 26,16 juta jiwa. Sebagian besar dari penduduk miskin tersebut memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak menempuh pendidikan sama sekali, dan tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga memiliki tingkat kesejahteraan yang rendah.

Baca Juga : https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/

Tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi status gizi keluarga. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah menguatkan kemungkinan terjadinya permasalahan gizi dibandingkan dengan orang tua dengan tingkat pendidikan tinggi.

Tingkat pendidikan orang tua menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kasus stunting di Indonesia. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua risiko anak mengalami stunting menurun sekitar 3-5% karena memiliki pemahaman mengenai hidup sehat meliputi penerapan gaya hidup sehat dan makanan bergizi.

Jeong Kim dalam penelitiannya yang diunggah pada laman Journal of Epidemiology and Community Health mengatakan tingkat pendidikan ibu menjadi faktor penting yang berpengaruh dalam tinggi badan anak. Sejalan dengan itu, Karlsson, De Neve, dan Subramanian dalam penelitiannya dengan judulWeakening Association of Parental Education: Analysis of Child Health Outcomes in 43 Low- and Middle-Income Countries” menyebutkan bahwa satu tahun tambahan dalam pendidikan ibu dapat menurunkan risiko stunting anak sebesar 0,42% dan satu tahun tambahan dalam pendidikan ayah dapat menurunkan risiko stunting anak sebesar 0,15%.

Dilansir dari Mediakaltim.com (2022) Kepala Bidang Keluarga Berencana Kutai Timur, Mustika menyampaikan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pendukung tumbuh dan kembang anak yang berdampak terjadinya stunting.

“Kalau sudah pendidikan rendah, pola asuh anak tidak maksimal. Rata-rata disitu juga tingkat kemiskinan tinggi dan memiliki anak dengan jumlah yang banyak. Alhasil mengakibatkan stunting,” ujar Mustika.

Baca Juga : https://mediakaltim.com/akibat-pendidikan-rendah-angka-stunting-di-kutim-tinggi/

Tingkat pendidikan orang tua terutama seorang ibu sangatlah penting dalam proses pemenuhan gizi keluarga. Dalam keluarga salah satu peran ibu yang paling penting adalah memenuhi kebutuhan gizi keluarga, kecakapan dalam memperoleh informasi, baik itu gizi ataupun akses fasilitas kesehatan sangat dibutuhkan di sini.

Adanya pernikahan dini juga menjadi penyebab stunting pada anak. Sebagian besar masyarakat yang berada di daerah yang minim fasilitas pendidikan memilih untuk menikah dini dengan harapan meringankan beban orang tua tetapi pada kenyataannya justru menambah masalah baru, yaitu kemungkinan terjadinya stunting pada anak-anak mereka karena tidak adanya pengetahuan.

Stunting dapat terjadi pada siapa saja, baik itu dari anak dengan orang tua berpendidikan rendah atau tinggi. Pola asuh dapat dipelajari oleh semua kalangan yang mana dapat menekan terjadinya stunting pada anak. Kepedulian adalah kunci bagi siapapun, baik itu yang berpendidikan tinggi atau rendah. Apabila memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan dan kesehatan dalam sebuah keluarga maka sama saja bohong.

Sumber:

Mediakalitim.com. 26 Agustus 2022. Akibat Pendidikan Rendah, Angka Stunting di Kutim Tinggi. Diakses 25 Juni 2023, dari https://mediakaltim.com/akibat-pendidikan-rendah-angka-stunting-di-kutim-tinggi/

Nugraheni, Wahyu Pudji, dkk. 2023. “Poor and Uneducated Parents Increased the Risk of Stunting among Children Living in Non-Remote Areas of Indonesia”. Research Square https://doi.org/10.21203/rs.3.rs-2537611/v1

Rachman, Rizka Yuliana, dkk. 2021. “Hubungan Pendidikan Orang Tua Terhadap Risiko Stunting Pada Balita: A Systematic Review”. Dalam Jurnal Kesehatan Tambusai, Volume 2, No. 2, Juni 2021.

Sehatnegeriku.kemkes.go.id. 25 Januari 2023. Prevalensi Stunting di Indonesia Turun ke 21,6% dari 24,4%. Diakses pada 25 Juni 2023, dari https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20230125/3142280/prevalensi-stunting-di-indonesia-turun-ke-216-dari-244/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *